Selasa, 06 Januari 2009

Kita Masih Punya Hati

kebohongan terbesar dalam hidup adalah berdusta pada diri sendiri, menipu hati dan membutakan mata bathin. Penipuan terbesar adalah mencoba bersikap baik, bermanis muka, bertutur kata lembut akan tetapi dalam diri mencibir, memaki dengan tampang sejuta rahwana. Musuh yang harusnya ditakuti oleh orang seperti ini adalah seorang anak berwajah polos dan berhati bersih, jauh dari prasangka buruk, pasrah dan tidak berpikir akan orang lain, semua kembali kepada diri. Ibarat gelombang besar, yang sangat ganas menggulung laut bagai ratusan naga yang saling berkejaran menuju pantai ingin melahap semua yang ada di pantai bahkan kalau bisa sampai ke puncak meru, akan tetapi terkasa terhenti karena dihadang tembok kasat mata yang tebalnya melebihi luas langit dan bumi.
Banyak diantara kita yang merasa diri hebat, lebih hebat dari segala yang hebat, sombong, angkuh, tidak pernah mau merasa bagaimana rasanya lemah. Sewaktu di atas memang hal itu dirasa lumrah walaupun sebenarnya itulah lemah. Kuat bukan berarti mampu menindas, mampu berbuat terbaik, mampu mengalahkan segalanya, tapi kuat adalah mampu merasa bagaimana rasanya ditindas, bagaimana rasanya kalah.
Menempatkan diri sebagai orang lain, bukan sebagai aku sebenarnya adalah obat bathin yang paling mujarab. Jangan memukul kalau tidak mau dipukul, jangan menghina kalau tidak mau dihina, jangan mencaci kalau tidak mau dicaci, coba rasakan diri sebagai orang lain... bukan AKU.
Memandang ke atas memang perlu sebagai pemacu motivasi diri, tapi terlalu sering memandang ke atas bisa berbahaya karena kerikil kecil pun akan menjadi satu sandungan yang besar. Kita bisa berkata kita mau makan kemana hari ini, tapi banyak juga orang yang tidak tahu bisa makan apa tidak hari ini.
Hhhhhhhhh.... benar kata temanku bicara hati memang tidak ada habisnya, seperti membicarakan berapa tingginya langit, berapa luasnya jagat raya. Akan tetapi paling tidak, dengan membicarakan hati kita sudah mencoba untuk mengerti dan memahami bahwa kita masih punya hati.

Tidak ada komentar: