Jumat, 14 November 2008

Damai

Kadang kita duduk sendiri, merenung, sepi.. Dalam ketenangan hari, dalam kebisuan diri, kita palingkan jauh pandangan kita ke dalam diri, menutup semua pintu dan jendela dunia fana, munculkan satu tanya dalam diri, sudah damai kah diri ?
Dalam suatu kesunyian lahir, tidak semua orang dapat menemukan makna diri, semua kotor penuh dengan nafsu dunia, banyak mulut yang lebih manis dari madu, banyak tangan yang lebih ringan dari kapas, tapi semua bak fatamorgana yang bersifat semu.
Coba sekarang kita rasakan, hari demi hari serasa semakin cepat berlalu, tidak terasa pagi berganti malam, malam kembali berganti pagi, siang, malam, semua seakan semakin cepat dan saling berpacu. Berbagai kesibukan dunia telah menggelapkan makna dari hari, waktu seperti kita kebiri dan tidak mempunyai makna lagi. Kenikmatan yang kita peroleh dari waktu bak setetes air yang kita ceburkan kelaut lepas, hilang ditelan oleh ganasnya gelombang hidup yang semakin tidak tentu arah.
Terlebih saat kita membuka kedua kelopak mata, memandang sekeliling kita, mendengar jeritan diseputar kita, apa yang kita lihat ? Apa yang kita dengar ? Keluhan, teriakan, makian, cacian, tangisan, perampasan, penindasan, kekerasan !
Manusia semakin lupa, perbudakan dunia semakin meraja, nafsu didudukan dalam kepala, lupa akan kodrat bahwa kita hanya makhluk, tidak lebih !
Berbagai permasalahan dunia hanya dapat diatasi oleh hati, kita harus terus mencoba untuk mengajak hati berdialog secara terbuka, apa dan bagaimana seharusnya.

Tidak ada komentar: