Minggu, 16 November 2008

IPDN, makna senioritas

Selama kasus IPDN bergulir, kata "Senior" atau "Senioritas" seperti momok yang benar-benar harus dienyahkan dari bumi manglayang, tempat IPDN bercokol. Orang banyak meributkan kata "senior" beserta "senioritas"nya menjadi salah satu penyebab kekerasan yang terjadi di IPDN. Dosa apa yang telah dilakukan kata "senior" dan "senioritas" sehingga harus ikut dipersalahkan dan dikambing hitamkan. Padahal kata "senior" dan "senioritas" bukan baru muncul dari dasar bumi, tapi sudah sejak jaman bahela sudah ada dan digunakan secara luas. Bangsa kita memang sudah terlalu banyak orang pintar sehingga penggunaan kata saja seringkali jadi perdebatan.
Dalam kamus online disebutkan bahwa kata "senior" dapat diartikan seseorang yang lebih dulu atau tinggi dari yang lain, baik dari sisi usia yang lebih tua/sepuh, dari sisi jabatan, kedudukan, kepangkatan, martabat dan kekuasaan. Jelekkah arti dari kata "Senior" ? Tentu saja tidak. Baik buruknya sesuatu tergantung kita dalam memberi warna, mau merah "senior" itu maka dia jadi merah, mau putih maka jadi putih, mau hitam maka jadi hitam. Dalam penerapannya, masalah senior dan senioritas bukan berasal dari arti kata tersebut, akan tetapi bagaimana penumbuhan makna dari kata senior dan senioritas itu sendiri, disini harusnya yang dimunculkan adalah adanya hubungan timbal balik antara senior dan yunior dalam konteks saling menghargai dan menghormati akan kedudukan status tersebut, bukan malah memunculkan ego sektoral diantara keduanya sehingga acapkali terjadi satu benturan untuk dalam rangka show of force. Menjadi seorang senior dalam bidang apapun memiliki tanggung jawab yang sangat besar karena ia menjadi panutan bagi yuniornya, penghargaan dari para yunior kepada senior muncul apabila ada hal positif yang diberikan atau ditunjukkan oleh senior yang bersangkutan. Para senior hendaknya mampu memberikan pengayoman baik bimbingan, arahan, kasih sayang, dan perlindungan kepada yuniornya, demikian pula sebaliknya seorang yunior harus mampu menunjukkan penghargaan kepada seorang senior tanpa diminta mengingat kedudukannya yang berbeda.
Asas timbal balik yang harmonis seperti ini tentunya akan menciptakan satu hubungan yang lebih baik antara senior dan yunior terlebih diantara keduanya dapat dijalin satu komunikasi yang lancar, terbuka tanpa ada rekayasa. Sudah menjadi hukum alam bahwa senior dan yunior akan tetap ada, suka tidak suka, mau tidak mau, hanya tergantung cara kita menyikapinya dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam dunia pendidikan seperti halnya STPDN, walaupun sipil bukan militer, senioritas yang ada sebenarnya diharapkan mampu menjadi gambaran nyata dalam kehidupan di lingkungan kerja nantinya, dimana diharapkan mereka nantinya dapat menjadi contoh bagi PNS yang lain untuk bisa memberikan penghargaan lebih kepada para PNS yang lebih senior tanpa memandang tingkat pendidikan dan kedudukan, dan hal ini tentunya kembali lagi bagaimana seorang senior dilapangan menyikapi keberadaan yuniornya. Dan diharapkan juga hubungan senioritas itu dapat menjadi lebih erat lagi dengan penumbuhan rasa kekeluargaan antara seorang kakak dan adiknya.
Di kalangan Praja sendiri, banyak yunior yang merasa alergi dengan masalah senioritas, hal tersebut dapat dimaklumi karena pemahaman akan makna senioritas itu sendiri belum dipahami dengan benar oleh sebagian besar praja, bukan hanya senior tapi juga oleh yunior. Penyimpangan dalam pemaknaan senioritas ini bergulir dari tahun ke tahun, dari angkatan ke angkatan, sehingga pada puncaknya menimbulkan masalah besar. Untuk meluruskan masalah ini diperlukan penyatuan persepsi dan pemahaman dari kedua belah pihak, jangan pernah terbersit dalam pikiran bahwa pelurusan masalah ini harus dengan manghapus senioritas akan tetapi hendaknya dengan jalan mendudukan kembali arti sebenarnya sesuai porsi masing-masing. Jauhkan pikiran dari senior bahwa hal tersebut akan melemahkan kedudukan seorang senior dimata yunior dan jauhkan pula pikiran dari yunior bahwa dengan itu yunior dapat berbuat seenaknya tanpa menghargai para seniornya. Untuk itu senior dan yunior masing-masing harus dapat bersifat lebih arif dan bijaksana serta dewasa untuk saling mengerti apa tugas, kedudukan dan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam mengemban kedua status itu. Jangan yunior memaksakan seorang senior harus sempurna demikian pula sebaliknya, kembalikan pada kenyataan bahwa manusia tidak ada yang sempurna.
Willian Shakespeare mengatakan apalah arti sebuah nama, senior maupun yunior ataupun senioritas, tergantung kita dalam memaknainya.

Jadikanlah Hubungan Senior-Yunior Menjadi Lebih Baik seperti Kakak dan Adik,
JANGAN PICIK !!!

Tidak ada komentar: