Minggu, 16 November 2008

IPDN, Kemana Kau Akan Di Bawa ?


Dalam Dunia Pendidikan Kedinasan, seperti halnya STPDN (sekarang IPDN), telah mengalami pergeseran nilai-nilai dari konsep yang didirikan atas prakarsa Bapak Rudini, yang saat itu menduduki jabatan selaku Menteri Dalam Negeri RI.
Banyak sisi dalam kehidupan Praja yang mengalami pergeseran nilai, pemahaman akan filosofis dari Peraturan Kehidupan Praja (Perdupra) yang selama ini menjadi pegangan dan acuan. Pergeseran nilai tersebut harus diakui, sadar atau tidak telah membawa perubahan terhadap pola kehidupan Praja yang cenderung mengarah kepada penurunan. Mungkin dengan pendapat ini orang akan menganggap bahwa pola terdahulu lebih baik dibandingkan sekarang ? Secara fakta, prinsip dan global "iya", walaupun yang namanya deviasi kapan dan dimanapun pasti bisa terjadi.
Sifat militer dalam pola pendidikan STPDN dianggap tabu karena dianggap cenderung dengan hal-hal yang sifatnya kekerasan dan kebengisan. Tapi lihat faktanya dilapangan, orang militer sendiri bisa bersifat lebih sipil dibandingkan dengan orang sipil sendiri dengan peran teritorialnya, Purna Praja sendiri dilapangan tidak pernah secara global dinyatakan menjadi PNS yang bengis, kejam dan suka melakukan kekerasan terhadap warga masyarakatnya. Jadi, dengan kata lain militer tidak bisa diidentikan secara langsung dengan kekerasan. Kalaupun ada yang menyatakan bahwa pola pendidikan militer hanya boleh dilakukan dalam pendidikan militer, apakah artinya orang militer berhak untuk melakukan kekerasan seenaknya ? Tentu saja TIDAK. Jadi sifat militer yang diterapkan dalam dunia pendidikan kedinasan jangan dipandang dalam arti sempit sehingga langsung mengklaim bahwa kehadiran militer (militerisme) dalam dunia pendidikan seperti halnya STPDN harus dihapuskan. Banyak hal positif yang bisa diambil, semua hal yang telah ditanamkan oleh pendiri STPDN telah benar-benar dipikirkan dan tidak sembarangan. Kalau boleh menanyakan, baris berbaris punya siapa, tata upacara dan penghormatan punya siapa, PUDD yang berkaitan dengan kerapian punya siapa, sipil kah ? militer kah ? Bermanfaatkah itu ?
Sebagai pembanding, seperti yang saat ini banyak terjadi dan diberitakan oleh media massa, berbagai peristiwa yang dilakukan mahasiswa umum (non kedinasan) yang melakukan tindak kekerasan dalam melakukan demonstrasi bahkan perkelahian antar kampus, banyak terjadi tindakan kekerasan dan perusakan terhadap fasilitas umum, mobil pribadi milik masyarakat yang tidak berdosa, apakah ada yang menganggap bahwa pola pendidikan di kampus yang bersangkutan salah dan harus dilakukan pembenahan secara total ? tidak pernah ada. Semua dianggap wajar. Jadi dimana keadilan ?
Dalam menghadapi peristiwa seperti ini kita harus berbicara dengan hati, ingin perbaikan ataukah ingin saling jegal. STPDN bukan sekolah para malaikat. Jadi penyelesaian permasalahan yang ada bukan harus dengan jalan mengikis habis segalanya, semuanya dianggap perlu hapuskan, seperti orang mengambil kerikil dalam tumpukan beras, apakah harus beras itu dibuang diganti baru, atau haruskah tempatnya yang diganti ? selesaikah masalah itu dengan baik ? Bijaksanakah itu ? Tentu saja tidak. Mestinya ambil kerikil tersebut dengan hati-hati tanpa menyebabkan beras yang ada menjadi tumpah.
Penyelesaian masalah dalam dunia pendidikan kedinasan harus benar-benar dilakukan oleh orang yang mengerti benar dan pernah berkecimpung langsung dalam dunia pendidikan kedinasan, seperti halnya seorang dokter gigi jangan pernah meributkan pekerjaan yang dilakukan oleh dokter mata, kalaupun ada kesalahan serahkan semuanya kepada dokter mata yang lain untuk membantu menyelesaikan, karena walaupun basicnya hampir sama tapi tetap saja berbeda dalam ilmu, penyakit pasien, cara penanganan dan penyembuhan bahkan peralatan yang digunakan. Buka hati dan telinga, belajar untuk mendengarkan, bangsa ini sudah semakin bobrok karena banyak orang pintar saling menjatuhkan satu sama lain. Dengan alasan kepentingan bangsa dan negara, rakyat semakin diperbodoh dan disesatkan oleh berbagai teori dan logika yang tidak pada tempatnya (Bersambung).

Tidak ada komentar: