Sabtu, 15 November 2008

Sahabat Terbaik

Malam ini kembali aku duduk sendiri, berteman asap rokok, nyamuk dan sesekali suara jangkrik yang memecah dikeheningan malam. Alunan musik ringan yang terdengar seperti membawa aku kembali ke dalam alam bawah sadar yang selama ini selalu menjadi tempat penjelajahanku pada setiap kesendirian.
Waktu malam ini terasa sangat panjang, seakan jarum jam ikut terhanyut dan larut dalam suasana sepi. Perenungan akan hidup kembali merambah pikiran dan bathin. Berbagai pertanyaan kembali bermunculan, mengapa semua ini bisa terjadi, apa maksud dari semua ini, bagaimana aku bisa melaluinya. Setiap muncul pertanyaan, keluhan nafas panjangku tidak pernah mau berhenti, seperti suatu irama harmonis yang mengalun saling isi.
Melihat hidup dengan mata tertutup ternyata membuat semuanya menjadi semakin jelas tergambar. Dengan menyandarkan pandangan pada bathin dan ketauhidan membuat tapak kaki selama ini dapat terlihat satu demi satu.
Dengan mencoba menutup mulut aku memulai untuk berbicara dengan hati, menguatkan rasa yang ada, mencoba untuk berdioalog secara terbuka akan semua makna hidup. Dalam sadar, dialog seperti saat ini sangat sulit untuk dilakukan, semua dihalangi oleh ego diri yang menjunjung tinggi dan menghamba kepada nafsu yang selalu ingin lebih dan lebih.
Setiap detik dan helaan nafas, aku merasakan bahwa begitu banyak nikmat yang sebenarnya telah manusia terima, bahkan sulit untuk dibayangkan, bumi dan langitpun tidak sanggup untuk menampungnya. Selama ini, kita hanya merasakan secara zahir cobaan yang kita terima bagai ribuan bahkan jutaan tusukan jarum yang amat sangat menyakitkan. Kita tidak pernah mencona untuk membandingkan besarnya nikmat yang kita terima dengan cobaan yang mendera. Lebih-lebih kita tidak pernah mencoba untuk mencari nikmat itu sendiri dalam setiap cobaan yang ada.
Secara kodrati manusia memang diciptakan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk lain akan tetapi juga menanggung beban yang amat sangat berat. Cobaan terbesar terletak pada bagaimana kita dapat menerima dengan ikhlas segala sesuatu, disinilah nilai manusia itu sendiri. Semua makhluk diciptakan dalam kondisi ikhlas dalam takarannya masing-masing, sapi ikhlas hidup dan besar untuk disembelih oleh manusia, pohon tumbuh dan besar untuk menaungi, berbuah dan akhirnya ditebang oleh manusia, semuanya ikhlas menjalani, bahkan iblispun ihlas dalam kesesatannya.
Aku mencoba untuk menanyakan kepada hati, sudah ihklaskah aku selama ini ? Jawab hatiku tegas, BELUM ! Terasa air hangat mulai menetes dipipiku, mengalir tanpa bisa ku bendung lagi. Aku sadar sepenuhnya, bahwa selama ini keihklasanku akan semua cobaan yang aku terima masih belum sepenuhnya walau aku selalu mencoba untuk menyerahkan semuanya kembali kepadaNya.
Keikhlasan memang tidak akan datang begitu saja, tidak dapat kita rekayasa, tidak dapat dibuat-buat. Semuanya harus melalui suatu proses panjang, pembelajaran dan perenungan diri yang mendalam dengan selalu mendengarkan dan mencoba untuk berdialog dengan hati dengan menguatkan rasa. Prinsip yang selalu aku pegang bahwa Tuhan Maha dan selalu adil, dalam setiap kemudahan pasti ada kesulitan dan begitu juga sebaliknya. Setiap kejadian pasti ada maksud dan tujuan, dan semuanya itu demi kebaikan manusia itu sendiri. Tanam baik buah baik, tanam buruk buah buruk, itu sedah hukum alam.
Mungkin jejak langkah ku selama ini belum banyak mengikutsertakan hati dan rasa untuk ikut membimbing, sehingga tujuan ku untuk mencapai derajat ikhlas belum menemukan titik tuju. Aku harus berani mengakui itu karena hati yang saat ini kuajak berbicara tidak pernah berbohong dan hati lebih tau siapa diriku dibandingkan aku sendiri.
Perjuangan menundukkan ego diri dan nafsu memang tidaklah ringan bahkan sangat berat, akan tetapi Tuhan Maha Tahu dan selalu menilai akan upaya yang dilakukan hambanya untuk menjadi lebih baik.
Terima kasih hati, Tuhan menciptakanmu bukan tanpa maksud, engkau merupakan teman dan sahabat terbaik yang diberikan untuk menemaniku dalam setiap kebimbangan dan kealpaan. Semoga aku tidak pernah lupa akan itu. Amiiin.

Tidak ada komentar: